"Umurnya Nissa"

Jumat, 11 Desember 2009

CKD Stage V (bagian 1)/ ESRD

Hari-hari
dipertengahan bulan Nopember lalu adalah hari-hari yang terberat
buatku. Rasa hancur, perih,putus asa, campur aduk jadi satu kala itu,
bagaimana tidak suamiku yang seminggu lalu masih baik2 saja tiba-tiba
divonis menderita gagal ginjal stadium V bahkan yang paling
memprihatinkan, fungsi kedua ginjalnya hanya tinggal 4% saja..."Allohu
Akbar"
Sejak awal menikah memang sudah terlihat keganjalan dari urinnya,
setiap habis pipis terlihat buih di WC walaupun sudah disiram, saya
kira itu busa sabun jadi aku tak curiga sedikitpun.
seperti yang telah aku tulis di blog ini pada tahun 2008 suamiku sudah
mengalami hipertensi waktu itu sekitar 140/90 mmHg sehingga kami
periksakan ke dokter umum (dokter A) di dekat rumah, oleh dokter tsb suamiku
disarankan untuk melakukan tes darah dan urin. hasil pemeriksaan lab
menunjukan kolesterolnya melebihi batas normal(sekitar 230 han) dan di urinnya + 4
protein, dari hasil pemmeriksaan tersebut kami masih biasa2 saja dan
kami hanya fokus pada kolesterolnya saja walaupun dokter tsb sudah
mengatakan bahwa ginjalnya ada sedikit gangguan dan dia hanya
memberikan obat untuk mengatasi hal tsb.
Dua bulan suamiku rutin memeriksakan diri ke dokter A untuk mengatasi
hipertensinya karena berdasarkan dokter, hipertensi tidak bisa
disembuhkan jadi selamamnya harus minum obat. karena merasa bosan
dengan obat2an dan merasa fisiknya baik2 saja tidak ada keluhan apapun
akhirnya kami tidak pernah datang lagi ke dokter, pola hidup suamiku
masih tetap seperti biasa namun jadi sering olah raga.

sekitar bulan maret-april 2009 suamiku ditugaskan untuk mengikuti
pendidikan lanjutan di bogor di sana pola hidupnya berubah total
kembali seperti waktu awal2 dia jadi tentara, berat badannya berkurang
dan bentuk badannya jadi seperti tentara lagi, suamiku bercerita
sewaktu tes samapta (kaya tes fisik kali) suamiku tidak diikutsertakan
dengan peserta yang lainnya karena tensinya sangat tinggi sekitar
190-han/.... (lupa lagi) sehingga ia mengikuti tes tersebut dihari berikutnya sendirian dengan dikawal tim kesehatan.

usai pendidikan suamiku ditugaskan dibagian staf tidak dilapangan lagi, Alhamdullilah pola hidupnya teratur (WAktu kerja) sehingga banyak kesempatan untuk berolah raga, kami masih beranggapan darah tingginya disebabkan karena kolesterol sehingga suamiku berusaha menurunkannya dengan berolah raga. jadwal olah raga yang dilakukannya adalah latihan aikido (Rabu, minggu), melatih aikido (kamis, minggu) bulu tangkis (selasa, Jum'at, sabtu). pernah suatu hari ia mengeluh pusing2 akhirnya kami bawa ke klinik A (bukan dokter yang dulu) di tensi darahnya sekitar 190 han/.... dokter tsb menyarankan untuk merubah pola hidup suamiku (makanan+ g boleh stress) dan suamiku diberi obat penurun tekanan darah, kemudian minggu depan kami disuruh datang lagi. Minggu berikutnya kami datang lagi tensinya masih tetap g berubah kami dinasehati lagi dan diberi obat penurun tekanan darah, namun berbeda dengan dokter A beliau menyarankan untuk tidak datang lagi dan lebih pada merubah pola hidup.


Hari2 kami lalui dengan mencoba merubah pola hidup (membatasi penggunaan garam pada makanan, menghindari makanan berkolesterol tinggi dan pemicu darah tinggi, sarapan dengan havermut, olah raga dan menghindari stres) namun setiap kali dicek tekanan darah suamiku masih tinggi (antara 160-210/90-110 mmhg) dalam kondisi tersebut suamiku masih bebas beraktivitas walaupun kadang2 mengeluhkan sakit kepala tapi setiap ditidurkan besoknya pulih lagi.

Bulan Ramadhan tiba kebiasaan makan suamiku berubah lagi setiap buka banyak makan yang dibeli misalnya kolek, es campur, dan setiap hari minum air kelapa 1 gelas besar (dar 2 butir kelapa ) yang belakangan saya tahu bahwa air kelapa itu banyak mengandung kalium selain itu lauk untuk makanpun sering beli (padahal dari dulu dia g begitu suka masakan yang beli jadi) salahnya saya g bisa mencegahnya karena saya piker udahlah Cuma untuk 1 bulan saja lagian kasian suamiku dah berpuasa pasti pingin makan yang enak2. begitulah setiap hari dan menginjak minggu ke-3suamiku mengeluhkan sakit kepala yang lumayan, aku fikir karena berpuasa kemudian kami periksakan ke klinik C ketika di cek tensinya 140/90 mmhg kami sangat terkejut dan bergembira padahal suamiku tidak minum obat penurun darah tinggi, jadi dokter di klinik C tersebut suamiku diberi lagi obat penurun darah tinggi namun yang dosisnya rendah karena ukuran segitu masih masuk kedalam kategori tinggi dan minggu depannya kami dianjurkan tuk control lagi. Minggu ke-4 sakit kepalanya masih belum hilang bahkan jadi sering terjaga tiap malam kemudian kami control lagi dan ternyata darahnya naik lagi ke kisaran 190/110 mmhg oleh dokter klinik C suamiku direkomendasikan ke rumah sakit untuk melakukan cek darah, namun harus menunggu sampai cuti lebaran selesai karena waktu kami datang bertepatan dengan hari pertama cuti lebaran.

Hari lebaran tiba suamiku terlihat lemah dan wajahnya sedikit pucat ia bilang sakit kepalanya belum hilang juga, bahkan pada hari terakhir cuti lebaran suamiku tidak mau makan sama sekali karena sakit kepala dan g enak badan seperti masuk angin. Keesokannya kami datang ke dokter spesialis penyakit dalam ( Dokter D) dan kami disarankan untuk melakukan tes darah, dari hasil tes darah menunjukan kreatinin 6,6 , ureum lupa lagi (melebihi batas normal), kolesterol 30 han dan dokter menyebutkan kemungkinan suamiku terkena penyakit ginjal namun beliau tidak berani memutuskan karena harus ada pemeriksaan lebih lanjut, kami disarankan untuk melakukan usg ginjal karena di dokter tsb tidak ada alat usg, maka suamiku disarankan ke rumah sakit untuk di USG.

Karena suamiku seorang tentara, maka kami menggunakan fasilitas RS E dengan tujuan untuk di usg ginjal, suamiku dibawa ke bagian penyakit dalam dan disuruh untuk tes darah ulang karena hasil yang kemarin sudah kadaluawarsa ( 1 minggu) hasil tes darah menunjukan angka yang tidak jauh berbeda dengan yang kemarin selain itu suamiku di periksa EKG Jantung dan ronsen untuk paru 2, pada saat pemeriksaan dokter seperti kebingungan karena hasil lab menunjukan adanya kelainan ginjal tetapi ciri2 fisik tidak terlihat (pipis lancar, tidak sakit pinggang dan tidak bengkak) namun yang aku sayangkan dokter yang memeriksa sepertinya belum banyak pengalaman dilihat dia masih sangat muda, trus dia mondar-mandir berkonsultasi ke dokter yang lebih senior aku jadi curiga jangan2 dia masih ko-As. Berdasarkan pertimbangan jumlah kreatinin dan ureum tsb akhirnya suamiku disarankan untuk dirawat di RS tsb. Suamiku mulai dirawat pada hari Jum’at sore, dari Jum’at s.d Minggu tiap hari di ambil darah, urinnya setiap 24 jam di tampung di botol air mineral, tapi lucunya setiap pagi cuma ditanya berapa banyak air yang diminum dan segimana urinnya (urinnya Cuma dilihat tidak ditakar dan disuruh dibuang ) dan begitulah setiap hari. Selain itu suamiku disarankan untuk banyak minum (2 lt lebih).
Sewaktu di rawat suamiku terlihat seperti orang sehat saja, masih bisa jalan2 ke luar ruangan nonton TV diruang perawat tidak ada yang dikeluhkan. Setiap hari ditanya-tanya keluhannya apa sama mahasiswa kedokteran suamiku bilang g ada, ya memang, tidak ada yang dikeluhkan bahkan sakit kepalanya jarang muncul lagi. Hari Sabtu dan minggu tidak ada satu dokterpun yang memeriksa karena alasannya libur, dokternya kan libur. (?????). hari senin barulah suamiku diperiksa oleh dokter ruangan (padahalkan 1 ruangan penyakitnya macam2) dan disarankan dibawa ke poli jantung, USG ginjalnya baru dilaksanakan pada hari selasa, selasa sore aku tanyakan ke perawat tentang hasil USGnya karena dokter yang memeriksanya tidak ada, dan setiap ada dokter keluarga pasien disuruh keluar jadi saya g bisa berkonsultasi. Hasil usg ginjal menurut perawat tidak ada masalah tapi hasil foto usgnya tidak diperlihatkan. Pada waktu itu saya percaya pada perawat itu. Hari Rabu suamiku sudah diperbolehkan pulang dengan catatan control lagi minggu depan. Dari surat kepulangan menunjukan kadar kreatinin suamiku turun menjadi sekitar 4 ureumnya juga turun, kolesterolnya turun sekitar 230 han, dan hasil pemeriksaan struktur ginjal dan saluran kemihnya tidak ada masalah. Kami merasa lega mendengar itu dan kami turuti pula saran dokter gizi makanan apa saja yang dilarang dan di perbolehkan.
O ya pada saat dirawat, pada hari minggu/senin perawat pernah memberikan obat yang salah, untung aku ingat nama obat yang biasa diminum waktu dikonfirmasi ternyata itu obat untuk pasien lain yang kebetulan sama, ya Alloh bagaimana kalo sampai diminum suamiku, kemudian aku berusaha mengingatkan perawat itu agar tidak teledor karena bisa fatal akibatnya (sedikit dimarahin sich...)

Bersambung...........